UPAHNYA SAMA
“Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka:
Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah
sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan
kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas
mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena
aku murah hati?” Matius 20:13-14
Sahabat,
perumpamaan diatas merupakan refleksi dari kehidupan pelayanan yang sering
terjadi, dimana makna pelayanan bagi banyak pekerja diladang TUHAN, adalah
suatu profesi yang berhubungan dengan karir, prestise posisi atau jabatan.
Semua hanya pemenuhan atas kebutuhan akan pengakuan dan eksistensi diri semata.
Ada
yang sudah lama merasa lebih layak menjadi gembala atau pimpinan atau layak
lebih diakui eksis-nya di dalam suatu organisasi pelayanan atau ada yang masih
muda merasa dia lebih pandai atau kompeten untuk menjabat suatu posisi dalam
pelayanan atau berusaha mendapat posisi agar diakui. Sehingga kemunafikan dalam
pelayanan terjadi.
Ada
yang seorang mendapat tugas di pedalaman selama bertahun tahun, membangun
gereja dengan tangannya sendiri, merasa dia paling berperan dalam pelayanan,
ketimbang seorang koster gereja yang hanya membersihkan gereja atau membuka dan
mengunci pintu gereja.
Hal
Ini terjadi mengingatkan kita saat murid murid berdebat tentang “siapa yang
terbesar diantara mereka?” bc,Lukas
9:46-48. Ukuran yang digunakan oleh
kita terkadang dalam menjalankan kehidupan pelayanan adalah ukuran kesuksesan
yang kita buat sendiri. Senioritas, kepandaian, kehebatan berkhotbah, kartu
nama yang menegaskan suatu jabatan atau posisi dalam pelayanan, dan hal hal kebanggan
diri sendiri, yang sebenarnya sangatlah tidak penting dimata TUHAN.
Sahabat,
pelayanan bukanlah pekerjaan karir, namun pelayanan adalah sebuah “journey of
life” atau perjalanan hidup, saat ini mungkin kita dapat berkhotbah luar biasa
diatas mimbar, namun kita tidak lebih hebat atau penting dari seseorang yang menyiapkan
bangku, atau kita adalah seorang WL, namun kita tidaklah lebih hebat dan
penting dari seorang yang menerima tamu dan begitu pula sebaliknya.
Kualitas
yang diminta oleh TUHAN bukan dibatasi atas kepandaian ataupun gelar yang
dimiliki seseorang, namun kepada ketulusan dan kerendahan hati, serta mau
memberi kesempatan dan dorongan bagi orang lain untuk maju dalam menemukan
potensinya lebih lagi didalam otoritas kerajaan surga. Karena apapun posisi
kita, atau berapa lama, atau seberapa pintar atau apa yang kita lakukan dalam
tugas pelayanan kita upahnya sama, Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari!
Oleh sebab itu mengucap syukurlah untuk setiap tugas pelayanan yang saudara
kerjakan.
-COFFEE_Hipster's-
Komentar
Posting Komentar